Minggu, 19 Oktober 2014

KEDUDUKAN TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF DAN MERUMUSKAN HIPOTESIS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tujuan penelitian adalah menemukan teori. Hasil proses penelitian adalah teori. Teori membuat manusia mempunyai ilmu pengetahuan.  Mencari teori-teori konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian merupakan langkah kedua setelah masalah penelitian dirumuskan. Setiap penelitian yang kita laksanakan haruslah berlandaskan pada teori yang sesuai dengan topik atau permasalahan yang kita teliti agar penelitian yang kita lakukan mempunyai dasar yang kuat dan tidak sekedar asal-asalan. Penelitia kuantitatif mejadikan teori sebagai paduan arah penelitian. Dalam teori, peneliti kuatitatif mendalami variabel agar dapat melakukan pengumpulan data sehubungan dengan variabel da menemuka kerangka argumentasi uuk menjelaskan logika hubungan variabel-variabel. Oleh karena itu, dalam penelitian kuantitatif, teori menjadi titik tolak dan sekaligus tujuan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif?
2.      Bagaimana merumuskan hipotesis dalam penelitian kuantitatif?

C.    Tujuan Pembahasan Masalah
1.      Mengetahui kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif.
2.      Megetahui langkah merumuskan hipotesis dalam penelitian kuantitatif.











BAB II
PEMBAHASAN
A.       Pengertian Teori
Setiap penelitian selalu meggunakan teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematis dengan cara merumuska hubunga antar konsep (Kerlinger, 1973). Teori merupaka himpunan konsep, definisi, dan proporsi yang berkaitan satu sama lain secara sistematis dan yang dikemukakan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta-fakta) (Cooper & Emory, 1995).
Secara prinsip kedua Pengertian tersebut hampir sama, yakni bahwa teori mengandung tiga hal. (1) teori adalah serangkaian proporsi antar konsep yang saling berhubungan, (2) teori menerangkan secara sistematis suatu fenomena dengan cara menentukan hubungan antar konsep, (3) teori menerangkan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana yang berhubungan dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk hubungannya.[1]
Labovitz dan Hagedorn juga menambahkan bahwa teori merupakan anggapan dasar (rationale) yang menentukan bagaimana dan mengapa variabel dan pernyataan-pernyataan relasional tertentu saling terkait.  Misalnya, mengapa variabel bebas X (independent variable X) mempengaruhi atau berpengaruh terhadap variabel Y. Teori akan memberikan penjelasan mengenai prediksi tersebut. Dengan demikian, teori digunakan untuk menjelaskan sebuah model atau seperangkat konsep dan proposisi yang  sesuai dengan kejadian yang sebenarnya atau  sebagai dasar melakukan suatu tindakan yang terkait dengan sebuah peristiwa tertentu.
Merriam mengelompokkan teori kedalam tiga jenis. Pertama, Grounded Theory, menjelaskan kategori besar fenomena dan paling banyak ditemukan di ilmu pengetahuan alam. Kedua, Middle Range Theory, termasuk antara hipotesa pekerjaan kecil kehidupan sehari-hari dan teori besar secara keseluruhan. Ketiga, Substantive Theory, terbatas pada suatu masalah tertentu.
Esensi (inti) definisi teori ialah bahwa teori itu haruslah menjelaskan adanya hubungan antarvariabel yang satu dengan variable yang lain. Hubungan antarvariabel itu harus memperlihatkan sifat ilmiah teori yaitu sifat logis dan bukti empiris.oleh karena itu, suatu teori ilmiah harus menjelaskan hubungan logis antarvariabel dan hubungan logis tersebut harus dapat dibuktikan secara empiris.
Mark membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakann antara lain:
1.  Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kearah data akan diterangkan.
2.   Teori yang induktif, cara menerangkan adalah dari data ke arah teori.
3.  Teori yang fungsional, disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem Pengertian ini diperleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.[2]

B.        Kedudukan Teori Dalam Penelitian Kuantitatif
Posisi teori dalam penelitian kuantitatif adalah menjadi faktor yang sangat penting dalam proses penelitian itu sendiri, teori digunakan untuk menuntun peneliti menemukan masalah, menemukan hipotesis, menemukan konsep-konsep, menemukan metodologi dan menemukan alat analisis data. Selain itu, teori juga digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel.Penelitian kuantitatif meyederhanakan kompleksitas gejala degan mereduksi ke dalam ukuran yang dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang dapat ditangani dan diukur. Ukuran dari gejala yang ditangani dan diukur itu dikenal sebagai variabel. Dalam penelitian kuantitatif variable dan hubungannya nampak dari  rumusan masalahnya. Variable adalah hal pokok yang dipersoalkan dalam penelitian kuantitatif. Seluruh kegiatan penelitian, termasuk dalam pengembangan teori, akan memusatkan pengkajiannya terhadap variable. Oleh karenanya teori yang dikembangkan dalam penelitian kuantitatif adalah mengenai  variable dan hubungannya. Teori aka memandu ke arah pengumpulan data variable dan perumusan dugaan sementara jawaban atas pertanyaan penelitian yang merupakan hubungan variabel.
Dalam penelitian kuantitatif, teori dikembangkan sebagai usaha mencari jawaban pertanyaan penelitian. Usaha pencarian jawaban pertanyaan penelitian dengan mengembangkan teori  akan menghasilkan dua hal. Pertama, teori memberikan pemahaman terhadap variabel-variabel yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian. Pemahaman terhadap variabel-variabel diperluka sebagai panduan untuk mengumpulkan data. Data-data tentang variabel kemudian akan digunakan untuk melakukan pembuktian secara empirik atas kebenaran dari hipotetik teori. Jawaban pertanyaan penelitian yang dilakukan dengan melakukan pengujian meggunakan data-data empirik akan mengkonfirmasi kebenaran hipoteik teori dengan pembuktian empiris. Kedua, pengembangan teori diperlukan untuk memperoleh panduan dalam pengujian dengan mengajukan hipotesa yang kebenarannya tenatif dan berlaku pada tingkat teoritik. Kebenaran sementara yang diajukan dalam pernyataan hipotesis itu kemudian akan diuji meggunakan data yang dikumpulkan secara empiris. Kebenaran manusia tidak pernah merupakan kebenaran mutlak. Tiap penemuan akan disusul dengan satu batas ketidaktahuan baru. Bila batas itu diatasi maka ilmuwan akan menemukan ketidaktahun baru yang lebih tinggi. Pencarian kebenaran tidak akan berakhir. Tidak ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas. Tindakan yang terbaik adalah mendapatkan kesimpulan sementara didasarkan pada teori (Jasin, 1987). Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul data.[3]
1.      Teori sebagai sumber hipotesis
Dalam penelitian kuantitatif, teori mejadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan kebenaran hipoesis. Kebenaran hipotesis masih bersifat dugaan yang masih harus diuji dengan menggunakan data-data empiris. Hipotesis merupakan kebenaran pada tingkat teori yang sementara diterima sambil menunggu dilakukan pegujian data-data yang dikumpulkan. Hipotesis dugaan  diajukan berdasarkan argumentasi kebenaran yang dibangun dalam keragka berpikir merupakan kesimpulan kebenaran yang ditarik secara logis dari teori-teori sebagai premis. Dalam hubungan ini maka dapat dikatakan bahwa teori merupakan sumber hipotesis.[4]
2.      Teori sebagai panduan pegumpul data
Teori merupakan paduan dalam pengumpulan data. Pemanduan pengumpulan data dilakukan dengan mengarahkan pada pengembangan instrument alat ukur yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam mengarahkan pengembangan alat ukur, teori membantu memberika definisi mengenai variabel yang hendak dikumpulkan datanya. Definisi konsep dilakukan dengan memindahkan teori ke dalam bangunan konsep yang digunakan dalam penelitian. Untuk kepentingan pengukuran, definisi konsep diubah mejadi definisi operasional sehingga indikator perilaku yang mecerminkan kepemilikan variabel telah nampak. Kisi-kisi instrument dirancang sesuai dengan definisi operasional. Kisi-kisi instrumen merupakan perencanaan untuk penyusunan butir-butir instrumen alat ukur. Butir-butir instrumen yang akan menjadi alat ukur pengumpulan data dituliskan berdasarkan kisi-kisi instrumen. Sebelum butir-butir instrument alat ukur digunakan untuk megumpulka data., dilakukan terlebih dahulu uji coba untuk melihat mutunya. Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara melakukan pengukuran dengan menggunakan butir-butir instrument alat ukur yang telah dituliskan dan diuji coba. Misalnya : sebuah penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Penelitian melibatkan dua variabel yaitu motivasi belajar dan prestasi belajar, sehingga pengukuran pengumpulan data dilakukan atas kedua variabel

Gambar 1. Bagan Alur Pengambilan Data

materi
 
Teori
 
Motivasi Belajar                                                    Prestasi Belajar











 













Data penelitian merupakan hasil pengukuran terhadap responden pada kedua variabel tersebut. Contoh fiktif data lima orang responden yang diukur pada kedua variabel tersebut dapat disajikan seperti pada table berikut:
 Data fiktif responden yang diukur pada variabel motivasi belajar da prestos belajar:
NO
Responden
Motvasi Belajar (X)
Prestasi Belajar (Y)
1
A
45
60
2
B
70
90
3
C
50
75
4
D
65
85
5
E
40
55

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori mengarahka pengumpulan data dengan cara memberikan definisi yang jelas mengenai variabel yang hendak diukur, baik berupa definisi konseptual maupun operasional.
C.     Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Teori yangdigunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Jumlah kelompok teori yang perlu dideskripsikan tergantung pada luasnya permasalahan dan pada jumlah variable yang diteliti. Kalau variable yang diteliti ada enam, maka jumlah teori yang dikemukakan juga ada enam. Deskripsi teori berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang diteliti melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabelyang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah. Pendeskripsian teori akan memberikan gambaran apakah peneliti menguasai teori dan kontek yang diteliti atau tidak. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variable yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, journal ilmiah, laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variable yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variable yang akan diteliti (untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sample sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variable yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkandan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan.

D.    Merumuskan Hipotesis
1.      Pengertian hipotesis
Good dan scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
Trealese (1960) memberikan definisi hipotesis sebagai suatu keterangan semnatara dari suatu fakta yang dapat diamati. Kerlinger (1973) menyatakan hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel.[5]
Apabila  peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti dapat bersikap dua hal yakni :[6]
a.       Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
b.      Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain :[7]
a.       Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan variabel penyebab dan variabel akibat.
b.      Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada ,memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
c.       Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
d.      Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan , maka hipotesis yang dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.
            G.E.R brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting dilakukan bagi :
a.       Penelitian menghitung banyaknya sesuatu
b.      Penelitian tentang perbedaan
c.       Penelitian hubungan.
2.      Kegunaan hipotesis
            Kegunaan hipotesis antara lain:[8]
1)      Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2)      Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3)      Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4)      Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan

3.      Jenis-jenis hipotesis
            Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1)      Hipotesis kerja atau alternatif ,disingkat Ha, hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja
a)          Jika... Maka...
b)         Ada perbedaan antara... Dan... Dalam...
c)          Ada pengaruh... Terhadap...
2)   Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y
Rumusannya:
a)          Tidak ada perbedaan antara... Dengan... Dalam...
b)         Tidak ada pengaruh... terhadap...
Saran untuk memperoleh hipotesis:
1.      Hipotesis induktif
Dalam prosedur induktif, penelitian merumuskan hipotesis sebagai suatu generalisasi dari hubungan-hubungan yang diamati
2.      Hipotesis deduktif
Dalam hipotesis ini, peneliti dapat memulai penyelidikan dengan memilih salah satu teori yang ada dibidang yang menarik minatnya,setelah teori dipilih, ia lalu menarik hipotesis dari teori ini.
4.      Menggali dan merumuskan hipotesis
Dalam menggali hipotesis, peneliti harus :[9]
1)      Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2)      Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.
3)      Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Good dan scates memberikan beberapa sumber untuk menggali hipotesis :
1)           Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam tentang ilmu
2)           Wawasan serta pengertian yang mendalam tentang suatu wawasan
3)           Imajinasi dan angan-angan
4)           Materi bacaan dan literatur
5)           Pengetahuan kebiasaan atau kegiatan dalam daerah yang sedang diselidiki.
6)           Data yang tersedia
7)           kesamaan.
Sebagai kesimpulan , maka beberapa petunjuk dalam merumuskan hipotesis dapat diberikan sebagai berikut :
1) Hipotesis harus dirumuskan secara jelas dan padat serta spesifik
2) Hipotesis sebaiknya dinyatakan dalam kalimat deklaraif dan berbentuk pernyataan.
5. Menguji hipotesis
Sesudah hipotesis dirumuskan , hipotesis tersebut kemudian diuji secara empiris dan tes logika. Untuk menguji suatu hipotesis ,peneliti harus :[10]
1)      Menarik kesimpulan tentang konsekuensi-konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis tersebut benar.
2)      Memilih metode-metode penelitian yang mungkin pengamatan , eksperimental, atau prosedur lain yang diperlakukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat tersebut terjadi atau tidak.
3)      Menerapkan metode ini serta mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data  atau tidak.













BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem Pengertian ini diperleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak ia bukan suatu teori.
Kedudukan teori sebagai sumber hipotesis dan panduan pengumpul data. Dalam penelitian kuantitatif, teori mejadi sumber bagi pengajuan hipotesis. Teori menjadi premis-premis dasar yang menjadi landasan penyusunan kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi landasan bagi peneliti untuk mengajukan dugaan kebenaran hipotesis.
Hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Dalam merumuskan hipotesis, peneliti harus 1) mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.2) mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam fenomena yang sedang diselidiki.3) mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuaia dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.














DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Muslich dan Iswati, Sri, Buku Ajar Metodologi Penelitian Kuantitatif (Surabaya : AUP, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekata Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D (Bandung  Alfabeta, 2012)
Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif utuk Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2010)
Furchon, Arief, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)
Nazir, Moh, Metode Penelitian, , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003)
Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982)


[1] Muslich Anshori dan Sri Iswati, buku ajar metodologi penelitian kuantitatif (Surabaya : AUP, 2009) hlm. 7
[2] Sugiyono, metode penelitian pendidikan pendekata kuantitatif, kualitatif, dan R & D (Bandung  Alfabeta, 2012) hlm.80
[3] Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif utuk Psikologi dan Pendidikan (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2010) hlm. 136
[4] Ibid, hlm.138
[5] Arief Furchon, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,1982) hlm. 126 
[6] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)  hlm. 72
[7] Ibid, hlm.73
[8] Moh.Nazir, Metode Penelitian, , (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm. 151
[9] Ibid, hlm. 133
[10] Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982) hlm. 19

1 komentar: