Rabu, 25 Juni 2014

PENDEKATAN HISTORIS DALAM ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Islam sebagai produk historis dapat diteliti dengan menggunakan pendekatan historis (empiris). Dengan demikian kajian historis sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam mempelajari Islam bertujuan untuk melihat dari segi kesadaran sosial pada perilaku atau pendukung suatu peristiwa sejarah sehingga mampu mengungkapkan banyak dimensi dari peristiwa tersebut.
Pendekatan historis dalam studi Islam amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu turun dalam situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan, yaitu bagaimana melakukan pengkajian terhadap berbagai studi keislaman dengan menggunakan pendekatan historis sebagai salah satu alat (metodologi) untuk menyatakan kebenaran dari objek kajian itu.
Membahas historis Islam yang sampai saat ini bergerak dalam pengertian sempit yang dikemukakan terdahulu, yaitu ketika Islam muncul pada tataran politik, Islam merupakan kekuatan yang pernah menghiasi percaturan politik dunia yang diwakili dengan dinasti-dinasti yang pernah exsis, seperti di era Nabi Muhammad SAW di Madinah, era khulafaurrasyidin, era dinasti umayyah, era Abbasiyah dan era modern (Turki Utsmani), dll.
Dasar untuk membahas Islam dibutuhkan semacam pendekatan yang mampu menjelaskan dari sisi mana Islam dilihat. Untuk itu diperlukan seperangkat metodologi atau pendekatan agar studi Islam lebih dapat dikaji secara objektif. Karena bila dilihat pada tataran politik sangatlah sempit dalam memahami Islam. Oleh karena itu disini pemakalah akan mencoba mengangkat sebuah tema mengenai pendekatan historis dalam kaijan islam dengan mengangkat rumusan masalah sebagai beriikut.




B.  Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan pendekatan historis dalam kajian islam ?
2.    Apa saja ruang lingkup kajian historis dalam kajian islam ?
3.    Bagaimana metode pendekatan historis dalam kajian islam ?
4.    Bagaimana fungsi dan aplikasi pendekatan historis dalam kajian islam?
C.  Tujuan Pembahasan  
1.    Memahami pengertian pendekatan historis dalam kajian islam
2.    Mengetahui ruang lingkup kajian historis dalam islam dan
3.    Memahami metode pendekatan historis dalam kajian islam
4.    Memahami fungsi dan aplikasi pendekatan historis dalam islam





















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pendekatan Historis (History of Religion).
1.    Historis
Dalam kamus bahasa inggris historis artinya sejarah, atau peristiwa.[1] Kata sejarah dari kata Arab syajarahtun yang berarti pohon. Pengambilan istilah ini agaknya berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah setidaknya dalam pandangan orang pertama yang menggunakan kata ini menyangkut tentang, antara lain,  syajarat al-nasab, pohon genealogis yang dalam masa sekarang agaknya bisa disebut sejarah keluarga (family history). Atau boleh jadi juga karena kata kerja syajara juga punya arti to happen, to occurred dan to develop. Namun selanjutnya, sejarah dipahami mempunyai makna yang sama dengan tarikh (Arab), istora (Yunani),[2] history atau geschichte (jerman), yang secara sederhana berarti kejadian-kejadian menyangkut manusia pada masa silam.[3]
Merujuk pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa. Perlu di ketahui dan dicatat bahwa tidak semua peristiwa masa silam dimasukkan kedalam sejarah setidaknya kalau kita bicara sejarah sebagai ilmu, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu tentang peristiwa masa lampau itu. Ada empat hal yang membatasi peristiwa masa lampu yaitu pertama, pembatasan yang menyangkut waktu, kedua pembatasan yang menyangkut peristiwa, ketiga, pembatasan yang menyangkut tempat, dan keempat, pembatasan yang menyangkut seleksi artinya tidak semau peristiwa masa lampu dianggap katagori sejarah Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodisasi.[4]
2.      Penertian Historis Menurut Para Pakar.
Para sejarawan beragam dalam mendefinisikan historis. Sebagaimana mendefinisikan secara sangat sempit; Edward Freeman, misalnya menyatakan historis adalah politik masa lampau (history is past politics). Sebagiannya mendefinisikan secara luas; Ernst Bernheim, sebagai contoh, menyatakan, historis adalah ilmu tentang perkembangan manusia dalam upaya-upaya mereka sebagai makhluk sosial.[5]
Menurut Hasan historis atau tarikh adalah suatu seni yang membahas tentang kejadian-kejadian waktu dari segi spesifikasi dan penentuan waktunya, temannya manusia dan waktu, permasalahaannya adalah keadaan yang menguraikan bagian-bagian ruang lingkup situasi yang terjadi pada manusia dalam suatu waktu.[6] Dalam hal ini bisa dipahami bahwa dengan seni ini islam bisa hadir ditengah-tengah kita sekarang ini.
Menurut William H. Frederick, kata historis diserap daribahasa Arab, syajaratun yang berarti pohon atau keturunan atau asal-usul yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu syajarah.
Menurut Jan Romein, kata sejarah memiliki arti yang sama dengan kata history (Inggris), geschichte (Jerman) dan geschiedenis (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
Dari berbagai pendapat di atas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami. Kalau kita kaitkan dengan kajian islam secara historis dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa islam historis dikaji dari aspek sejarah, menganalisis perkembangannya dari awal sampai sekarang. Mengapa demikian karena islam tidak lepas dari historisnya.


3.      Pendekatan Historis.
Pendekatan dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki pengertian sebagai usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, atau metode-metode untuk mencapai pengertian masalah yang diteliti.[7]
Secara umum dapat dimengerti bahwa pendekatan historis merupakan penelaahan serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis. Atau dengan kata lain yaitu penelitian yang mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian dilakukan.[8]
Secara sempit Pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya.
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Tujuan pendekatan historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasikan, serta mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.[9]
Melalui pendekatan historis seseorang diajak menukik dari alam idealis yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Maka lapangan sejarah adalah meliputi segala pengalaman manusia. Menurut Ibnu Khaldun sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman perisriwa masa lampau, tetapi juga penalaran kritis untuk menemukan kebenaran suatu peristiwa, adanya batasan waktu (yaitu masa lampau), adanya pelaku (yaitu manusia) dan daya kritis dari peneliti sejarah.
Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek peristiwanya (what), orang yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where) dan latar belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun secara sistematik dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Pendekatan historis ini juga dimaksudkan diamana islam dikaji dari persefektif yang dikenal dalam ilmu-ilmu sejarah. Misalnya dalam hal ini sebuah sejarah dipengaruhi oleh banyak faktor seperti sejarah dipengaruhioleh masa dan cara berpikir masa itu dan seterusnya.[10]
Dengan demikian pendekatan historis dalam kajian islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memhami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.
Dengan menggunakan pendekatan sejarah ada minimal dua teori yang bisa digunakan yaitu Idealist Approach  dan Reductionalitst Approach. Maksud idealist approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan mempercayai secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan. Sedangkan reductionalitst  approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan. Seperti dijelaskan sebelumnya ada 3 teori lain yang penting di pahami dengan pendekatan sejarah, yakni: diakronik, sinkronik dan sistem nilai.
a.    Diakronik
Diakronik dalah penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti. Misalnya kalau sedang meneliti konsep  riba, menurut Muhammad Abduh diakroninya adalah harus lebih dahulu membahas kajian-kajian orang sebelumnya yang pernah membahas tentang riba.[11]
b.    Sinkronik
Sinkronik adalah kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang diteliti. Kembali pada contoh konsep riba Muhammad ‘Abduh, maka sosial kehidupan Muhammad ‘Abduh dan sosial kehidupan tokoh-tokoh yang pernah membahas fenomena yang sama juga harus dibahas.
c.    Sistem nilai
Sistem nilai adalah sistem nilai atau budaya sang tokoh dan budaya dimana dia hidup. Maka penelitian dengan teori diakroni, sinkroni dan sistem budaya adalah penelitian yang menelusuri latar belakang dan perkembangan fenomena yang diteliti lengkap dengan sejarah sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya. Maka wajar kalau alat analisis ini lebih dikenal sebagai alat analisis sejarah dan atau sosial (sosiologi).
B.  Ruang Lingkup Kajian Historis 
Kajian islam sangat hangat di perbincangkan era moderen ini karena pergumulannya tak pernah kunjung selesai sampai kapanpun yakni dari aspek  historis-empiris partikular dari agama-agama dan aspek meaning (makna) keberagamaan umat manusia yang mendasar dan universal-transedental, yang pada gilirannya ingin dijembatani dan dikawinkan oleh pendekatan fenomenologi agama. Jadi dalam bentuknya yang historis-empiris, agama selalu menjadi bagian dari setting historis dan sosial komunitasnya.[12] Untuk memahami lebih dalam mengenai historis dalam kajian islam setidaknya kita harus mendudukkan permasalahan ini pada ruang lingkup yang lebih sempit diantarnya:
1.      Islam Sebagai doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolute, dan diterima apa adanya. bahwa islam itu terdapat dua macam  nilai yakni  islam berdimensi normatif dan islam  berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama; aspek normatif yakni wahyu harus diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal. Kedua aspek historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena produk zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang sakral.
2.      Islam Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap doktrin agamanya.
3.      Islam Sebagai interaksi sosial, yaitu realitas umat islam.[13]
4.      Islam sebagai peroduk historis adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh karenanya realitas kemanusiaan selalu berada dibawah realitas ke-Tuhan-an. Berbicara tentang sejarah, biasanya akan segera menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalaman-pengalaman manusia di waktu yang lampau. Bahwasanya sejarah pada hakekatnya adalah sebuah cerita kiranya tidak bisa disangkal lagi. semuanya mencerminkan gagasan bahwa sejarah itu hakekatnya adalah tidak lain sebagai suatu bentuk cerita. Kendati begitu, hal yang perlu sekali disadari adalah kenyataan bahwa sebagai cerita, sejarah bukanlah sembarang cerita. Cerita sejarah tidaklah sama dengan dongeng ataupun novel. Ia adalah cerita yang didasarkan pada fakta-fakta dan disusun dengan metode yang khusus yang bermula dari pencarian dan penemuan jejak-jejak sejarah, mengujji jejak-jejak tersebut dengan metode kritik yang ketat (kritik sejarah) dan diteruskan dengan interpretasi fakta-fakta untuk akhirnyadisusun dengan cara-cara tertentu menjadi sebuah cerita yang menarik tentang pengalaman masa lampau manusia itu.
5.      Historis/Sejarah sebagai peristiwa, sebagai Kisah sebagai ilmu. Sejarah dapat digolongkan sebagai ilmu apabila ia memiliki syarat-syarat dari suatu ilmu pengetahuan atau syarat-syarat ilmiah.
Itulah setidaknya fakta yang telah kami temukan sebagai ruang lingkup kajian historis islam yang menarik dikaji dari asfek sejarah.
C.  Metode Pendekatan Historis
Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil penelitian). Diantara metode yang dipakai dalam pendektan kajian islam anatara lain sebagai beikut:
1.      Heuristik
Heuristik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis penelusuran sumber. Berdasarkan bentuk penyajiannya, sumber-sumber sejarah terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalahatau jurnal, surat kabar, dan lain-lain.[14]
Berdasarkan sifatnya, sumber sejarah terdiri atas sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber yang waktu pembuatannya tidak jauh dari waktu peristiwa terjadi. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui benar, mana sumber primer dan mana sumber sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah, sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak cukup hanya menggunakan sumber sekunder.
Agar pencarian sumber berlangsung secara efektif, ada dua unsur penunjang heuristik harus diperhatikan yaitu:
a)    Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan kerangka tulisan. Dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan yang tersirat dalam kerangka tulisan (bab dan subbab), peneliti akan mengetahui sumbersumber yang belum ditemukan.
b)   Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami system katalog perpustakaan yang bersangkutan.
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai melalui kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern menilai, apakah sumber itu benar-benar sumber yang diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan, atau palsu? Dengan kata lain, kritik ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam sumber.
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas (system kartu), agar memudahkan pengklasifikasiannya berdasarkan kerangka tulisan.
2.    Interpretasi
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional, jangan subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
3.    Historiografi
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.[15]
Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah umumnya.
Contoh klasik terbaik dalam penulisan “general” atau “total historis” adalah karya ibn khaldun, Kitab al-Ibar wa Diwan al-Mubtada ‘wa al Khabar fi Ayyam al ‘Arab wa al-Barba wa man ‘Asharahum min dzawi al-Sulthan al-Akbar, dan tentu saja pendahuluan kitab ini, al-Mukadimmah, yang sering diterbitkan secara terpisah. Dalam al-mukadimmah, Ibn Khaldun tidak sekedar menarasikan kejadian-kejadian lampau, apalagi membatasi peristiwa-peristiwa politik. Tetapi juga ilmu-ilmu lain termasuk geografi, klimatologi, antropologi, etnologi, filologi, dll.
D.  Fungsi dan Aplikasi Pendekatan Historis Dalam Kajian Islam
Historis yang diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lamapau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi kurun waktu tertentu, diberi tafsiran, dan dianalisis secara kritis sehingga mudah dimengerti dan memiliki manfaat.
Menurut  M.Yatimin Abdullah, fungsi pendekatan historis atau sejarah dalam pengkajian Islam adalah untuk merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.[16]
Menurut Kuntowijoyo keguanaan kajian historis dibagi menjadi dua yaitu guna intrinsik dan guna ekstrinsik apa yang dimaksud dengan kedua fungsi tersebut silahkan baca keterangan dibawah ini.
1.    Guna Intrinsik
Guna intrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Guna intrinsik historis sebagai berikut
a.       Historis sebagai ilmu.
b.      Historis sebagai cara mengetahui masa lampau
c.       Historis sebagai pernyataan pendapat.
d.      Sejarah sebagai profesi.
2.    Guna Ekstrinsik.
Guna ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai dan proses pendidikan. Guna Ekstrinsik meliputi.
a.    Historis sebagai pendidikan moral.
b.   Historis sebagai pendidikan penalaran.
c.    Historis sebagai pendidikan politik.
d.   Historis sebagai pendidikan kebijakan.
e.    Historis sebagai pendidikan perubahan.
f.    Historis sebagai pendidikan masa depan.
g.   Historis sebagai pendidikan keindahan.
h.   Historis sebagai ilmu bantu.
Menurut Nugroho Notosusanto dengan fungsi ekstrinsik tersebut, menjelakan empat fungsi atau guna historis yaitu: fungsi rekretaif, inspiratif, instruktif dan edukatif.
1.    Fungsi rekreatif
Ketika seseorang membaca narasi historis dan isinya mengandung hal-hal yang terkait dengan keindahan, romantisisme, maka akan melahirkan kesenangan estetis. Tanpa bernajak dari tempat duduk, seseorang yang mempelajari sejarah dapat menimati bagaimana kondisi suatu masa pada masa lampau. Jadi seolah-olah seseorang tadi sedang berekreasi ke suasana yang lampau.
2.    Fungsi inspiratif
Dengan mempelajari historis akan dapat mengembangkan inspiratif, imajinatif dan kretivitas generasi yang hidup sekarang dalam rangka hidup beragama dan bernegara. Fungsi inspiratif juga dapat dikaitkan dengan pendidikan moral. Sebab setelah belajar historis/sejarah seseorang dapat mengembangkan inspirasi dan berdasarkan keyakinannya dalam menerima atau menolak nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah/ historis.
3.    Fungsi instruktif
Maksud fungsi intrukstif adalah sejarah sebagai alat bantu dalam proses suatu pembelajaran. Sejarah berperan sebagai upaya penyampaian pengetahuan dan ketrampilan kepada orang lain.
4.    Fungsi edukatif
Belajar historis/sejarah sebenarnya dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. Historis mengajarkan tentang contoh yang sudah terjadi agar seseorang menjadi arif, sebagai petunjuk dalam berperilaku.[17]
Sejarah  atau  historis  adalah  suatu  ilmu   yang didalamnya  dibahas
berbagai  peristiwa   dengan  memperhatikan  unsur   tempat,  waktu,  obyek, latar  belakang, dan pelaku  dari peristiwa tersebut. Menurut  ilmu   ini  segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat  kapan   peristiwa  itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.[18]
Melalui pendekatan  sejarah seseorang akan diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis.
Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama. Begitu juga dengan islam karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang kongkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial   kemasyarakatan. Sejarah hanya sebagai metode analisis atas dasar pemikiran bahwa sejarah dapat meyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu lembaga. Pendekatan sejarah bertujuan untuk menentukan inti karakter agama dengan meneliti sumber klasik sebelum dicampuri yang lain. Dalam menggunakan data historis maka akan dapat menyajikan secara detail dari situasi sejarah tentang sebab akibat dari suatu persoalan agama.[19]
Melalui pendekatan historis ini, seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Disini seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konsep historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Misalnya seseorang yang ingin memahami Al-Qur’an secara benar maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al-Qur’an.
Dengan pendekatan historis ini masyarakat diharapkan mampu memahami nilai sejarah adanya agama Islam. Sehingga terbentuk manusia yang sadar akan historisitas keberadaan islam dan mampu memahami nilai-nilai yang terkandung didalamnya.















BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1)      Sejarah  atau  historis  adalah  suatu  ilmu yang didalamnya  dibahas berbagai  peristiwa   dengan  memperhatikan  unsur   tempat,  waktu,  obyek, latar  belakang, dan pelaku  dari peristiwa tersebut. Menurut  ilmu   ini  segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat  kapan   peristiwa  itu terjadi, dimana, apa sebabnya, dan siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Pendekatan sejarah mengutamakan oreintasi pemahaman atau penafsiran terhadap fakta sejarah, sejarah tersebut berperan sebagai metode analisis, atau pisau analisis, karena sejarah dapat menyajikan gambaran tentang unsur-unsur yang mendukung timbulnya suatu kejadian, maka agama sebagai sasaran penelitian haruslah dijelaskan fakta-faktanya yang berhubungan dengan waktu.
2)      Islam historis adalah islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada dalam ruang dan waktu. Islam yang terangkai dengan konteks kehidupan pemeluknya. Oleh karenanya realitas kemanusiaan selalu berada dibawah realitas ke-Tuhan-an.
3)      Penelitian sejarah yang pada dasarnya adalah penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, merupakan implementasi dari tahapan kegiatan yang tercakup dalam metode sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahapan kegiatan yang disebut terakhir sebenarnya bukan kegiatan penelitian, melainkan kegiatan penulisan sejarah (penulisan hasil penelitian).
4)      Fungsi pendekatan historis atau sejarah dalam pengkajian Islam adalah untuk merekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi, serta mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.

DAFTAR RUJUKAN


Abdul Hakim, Atang, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Abdullah, Taufik dan M Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet. ke-2, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1990.

Abdullah, Taufik, Sejarah dan Masyarakat, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.

Bustaman Ahmad, Kamaruzzaman, ISLAM HISTORIS: Dinamika Studi Islam di Indonesia, Yogyakarta: Galang press, 2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,  Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: DPKRI 1998.


M. Nurhakim, Metode Studi Islam, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004.

M.Yatimin, Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2006.
Martin, Richard. C, Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002.

Nasution, Harun Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998.

Sejarah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, diakses tanggal 03 april 2014 jam 21:02, AM.


Yatim, Badri, Historiografi Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997.

Yuniar, Tanti, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Surabaya: 2007.


[1] Yuniar, tanti, kamus lengkap inggris-indonesia, (surabaya: 2007), hlm. 178.
[2] Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 1.
[3] Nasution, Harun Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu, (Bandung: Purjalit dan Nuansa, 1998), hlm. 119
[4] Sejarah (http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah, diakses tanggal 03 april 2014 jam 21:02, AM
[5] Op. Cit., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam Tinjauan Antardisiplin Ilmu. hlm. 119
[6] Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah. Hlm. 46
[7] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI,  Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta: DPKRI 1998), hlm. 192
[10] Kamaruzzaman, Bustaman Ahmad, ISLAM HISTORIS: Dinamika Studi Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Galang press, 2002), hlm. 7.
[11] Taufik Abdullah dan M Rusli Karim (ed.), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar, Cet. ke-2, (Yogyakarta:Tiara Wacana Yogyakarta, 1990), hlm. 92.
[12] Martin, Richard. C, Pendekatan Kajian Islam dalam Studi Islam, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2002), hlm. 3.
[13] M. Nurhakim, Metode Studi Islam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm.13
[16] M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,Jakarta:Sinar Grafika Offset, 2006), hlm. 222.

[17] http// manfaat pendekatan sejarah, diakses rabo, 14: 30 fm.
[18] Atang Abdul Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 64.
[19]Taufik Abdullah, Sejarah dan Masyarakat, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar